(Kampus, syariahwalisongo.ac.id) – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syiasah Jinayah (JS) Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Cibolek Institut dan Kementerian Dalam Negeri RI menggelar seminar nasional dengan tema “Golput dan Fenomena Emoh Negara; tantangan fungsi parpol dalam konsolidasi demokrasi di Indonesia”.
 
Seminar ini berlangsung semarak, karena dihadiri sebagai narasumber, Ganjar Pranowo (Aktifis Partai Politik). Acara tersebut berlangsung di aula 1 lantai 1 kampus 1 IAIN Walisongo, Kamis, (14/3). Turut hadir narasumber lain, Drs. Nur Syamsudin, (Dosen Fiqh Siyasah, di IAIN Walisong)o dan Siti Nurmaunah (pengamat Politik) sekaligus alumni Fakultas Syariah IAIN Walisongo. 

Karena acara berlangsung di tengah-tengah mahasiswa maka secara tidak langsung para narasumber mengarahkan agar mahasiswa melek politik. Mahasiswa sejatinya adalah bagian dari kontrol pemerintah yang kritis. Sebagai contoh pada masa Soehato sangat totalitarian.”Pada waktu itu Soeharto dikenal dengan raja KKN. Akhirnya rakyat geram dan akhirnya menggulingkan rezim KKN Soeharto,” ucap Ganjar dalam mengawali pembicaraanya. Sistem negara kita yang menganut demokrasi ini kadang memang ada sisi-baik dan buruknya. Akibat dari sistem demokrasi yang kita anut sekarang ini, kata Ganjar, orang bisa menjadi apa saja dan siapa saja bisa mendadak menjadi orang. “Sehingga akibatnya ketika berpidato bisa “bapak dua, ibu dua,” sindir Ganjar.

Ganjar dalam menyampaikan materi berpesan agar masyarakat tidak apatis terhadap Patai Politik (parpol). Kita, kata Ganjar, jangan alergi dengan politik. Kalau masyarakat alergi dengan politik negara ini bisa runtuh. Dari itu monggo semuanya masuk ke partai politik. Entah apa saja partainya. “Karena jika semuanya enggan masuk parpol maka, parpol akan diisi oleh orang2 yang mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu terhadap negara ini,” pungkas Ganjar.

Dalam masalah golput narasumber kedua, Nur Syamsudin, M.Ag menerangkan bahwa dalam masalah surat suara pemilih golput sejatinya tidak berpengaruh terhadap hasil pemilu. Dengan golput tidak akan merubah sistem pemilu atau hasil pemilu. “Karena hasil yang dihitung dalam pemilihan adalah surat suara yang sah. Artinya jika hanya ada satu calon, kalaupun banyak pemilih yang golput maka yang dihitung adalah surat suara yang sah. Meskipun banyak suara yang golput maka tidak akan berpengaruh,” papar Nur Syamsudin, M.Ag disela-sela pembicaraanya.

Dari itu maka yang bisa dilakukan, lanjut Nur Syamsudin, adalah tim sukses menggiring suara golput itu untuk mendukung calon yang baik. Dan turut menggiring opini agar jangan malah bergabung dengan calon dan partai yang “bopeng”. Siti Nurmaunah, narasumber yang terakhir banyak menyampaikan bagaimana fenomena masyarakat yang empatinya semakin menurun terhadap Parpol. “Sejak 2004 parpol mulai tidak dipercayai oleh rakyat. Karena banyaknya individu-individu dari parpol yang melakukan korupsi. Dari itu masyarakat lebih memilih golput ketimbang memilih calon yang korup,” ujar alumni Fakultas Syari’ah ini. (C3-P)