Dr. Imam Yahya, M.Ag.
(Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo)
Ketika mendengar kata syariat Islam, asosiasi pikiran akan tertuju pada perda syariat Islam atau penegakan syariat Islam di Nanggro Aceh Darussalam, sebuah provinsi yang menerapkan hukum-hukum Islam. Namun tulisan ini mencoba menjelaskan bagaimana syariat Islam yang diambil dari nilai-nilai puasa selama bulan ramadlon ini.
Secara teologis, puasa adalah sebuah kewajiban setiap muslim yang baligh dan berakal yang dilaksanakan selama ramadlon. Dalam teks al-Qur’an Alloh SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh 183; “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu adar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa”. Syariat puasa tidak saja dilakukan oleh umat Nabi Muhammad tetapi telah dilakukan oleh umat-umat sebelum Nabi Muhammad.
Tak mengherankan maka pada setiap ramadlon, seluruh umat Islam melakukan ibadah puasa secara bersama-sama. Kalaupun ada perbedaan hanyalah perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri ibadah puasa yang disebabkan oleh perbedaan penentuan sistem penentuan awal bulan komariyah, hisab dan hisab rukyah. Dalam mengawali puasa romadlon, ummat menunggu hasil rukyah yang dilakukan oleh tim di lingkungan Kementrian Agama setelah dipastikan melihat hilal ramadlon.
Di bulan yang penuh barokah ini, umat Islam berlomba dalam menggapai predikat taqwa di sisi Alloh SWT, dengan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah. Ibarat handphone, pada bulan ramadlon ini umat Islam perlu mengaktifkan seluruh sinyal handphone agar agar bisa mendapatkan keuntungan informasi yang sebanyak-banyaknya.
Di bulan yang penuh barokah ini, umat Islam berlomba dalam menggapai predikat taqwa di sisi Alloh SWT, dengan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah. Ibarat handphone, pada bulan ramadlon ini umat Islam perlu mengaktifkan seluruh sinyal handphone agar agar bisa mendapatkan keuntungan informasi yang sebanyak-banyaknya.
Puasa dalam pengertian fiqh adalah menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa lainnya sejak fajar hingga masuk waktu maghrib. Sikap ini menanamkan kedisiplinan yang tinggi bagi ummat. Semua umat yang melaksanakan puasa akan mentaati waktu puasa. Tidak ada yang berani melanggar aturan waktu puasa ini. Siapa yang berbuka sebelum maghrib atau makan dan minum setelah fajar maka puasanya batal demi hukum.
Inilah substansi syariat Islam tentang puasa yang mengajarkan kedisiplinan dan penghargaan kepada waktu. Semangat disiplin waktu ini yang seharusnya memberikan pelajaran kepada kita dalam mengarungi kehidupan sehari-hari di dunia ini. Pasca puasa ramdlon, diharapkan uamat Islam bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Puasa di bulan ramadlon ini menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam Indonesia yang belakangan ini mengalami krisis yang berkelanjutan. Banyaknya kasus korupsi yang menghiasi media mencerminkan krisi akhlak bangsa ini. Perbaikan akhlak generasi ke depan harus dipupuk sejak mereka masih kecil, dan harus dipersiapkan generasi tuanya.
Puasa di bulan ramadlon ini menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam Indonesia yang belakangan ini mengalami krisis yang berkelanjutan. Banyaknya kasus korupsi yang menghiasi media mencerminkan krisi akhlak bangsa ini. Perbaikan akhlak generasi ke depan harus dipupuk sejak mereka masih kecil, dan harus dipersiapkan generasi tuanya.
Pelajaran kedua yang diambil dari ibadah puasa adalah sikap kejujuran pada diri sendiri. Ibadah puasa merupakan ibadah rahasia yang tidak bisa dilihat secara kasad mata. Bisa saja ketika banyak orang kelihatan lapar dan dahaga tetapi di tempat lain orang tersebut makan dan minum. Maka kejujuran pada diri sendirilah sesungguhnya nilai-nilai yang ditanamkan ibadah puasa kepada kaum muslimin yang melakukannya.
Wajar apabila pahala ibadah puasa, hanya Alloh lah yang akan memberikan pahala kepada orang-orang byang berpuasa secara langsung, tidak melalui perantara. Begitu pentingnya puasa di hadapan Alloh, maka Alloh akan mengmapuni segala doasa-dosa orang yang berpuasa dengan niatan ikhlas mengharap ridlo dari Alloh swt.
Sikap jujur inilah yang sekarang ini sngat langka di negeri ini. Bangsa Indonesia yang mayoritas kaum berpuasa, sudah selayaknya melakukan review atas nilai-nilai religiusitas dan sosialitas dari ibadah puasa untuk diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Tentu kewajiban ini tidak hanya bagi para kyai, ustad yang harus menyampaikan pesan-pesan moral ini, tetapi tugas umat bersama untuk menrapkan sikap ini dalam kehidupan riil.
Inilah substansi syariat dari ibadah puasa, yakni menanamkan sikap kedisiplinan dan kejujuran dalam kehidupan masyarakat. Dua sikap ini merupakan sikap universal yang diakui eksistensinya oleh semua umat manusia. Semoga kita bisa meneladani nilai-nilai ibadah puasa.
Leave A Comment