large_1342887374_lpm_zenith2

Semarang – Penyatuan kalender Hijriah menjadi kalender internasional yang nantinya disepakati seluruh umat Islam, dewasa ini masih terus diupayakan oleh para pakar Ilmu Falak dan Astronomi muslim. Adanya wacana penyatuan ini lantaran keberagaman yang sering terjadi dalam penentuan awal Bulan Kamariah, seperti perbedaan awal dan akhir Ramadhan serta hari raya, baik di dalam maupun luar negeri.

Hal itulah yang disampaikan oleh Lu’ayyin, Pemimpin Redaksi Majalah Zenith sekaligus narasumber dalam kegiatan Bedah Majalah ZENITH Edisi X oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Zenith dan Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) mahasiswa prodi Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang, Rabu, (18/09/2013).

Bedah Majalah dengan tema “Unifikasi Kalender Hijriah, Mungkinkah?” itu juga menghadirkan Ahmad Syaiful Anam (Dosen Falak Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam), Muhamad Zaenal Mawahib (mantan Pemimpin Umum LPM Zenith), serta Fitri Kholilah (editor majalah Zenith) sebagai moderatornya.

Soleh Sofyan, Pemimpun Umum LPM Zenith, dalam sambutannya mengatakan, edisi majalahnya kali ini mengambil tema tersebut lantaran wacana itu perlu dikaji oleh mahasiswa Falak, sehingga dapat menambah wawasan kepada mahasiswa IAIN, khususnya prodi Ilmu Falak. “LPM Zenith yang merupakan kepunyaan mahasiswa falak patut mengkaji wacana ini” ujar Sofyan.

Dalam merespon unifikasi kalender Islam itu, menurut Zaenal Mawahib ada dua mainstream besar. Pertama, golongan yang optimis terwujudnya unifikasi. Mereka itu memandang belum tercapainya penyatuan kalender Islam bukan berarti tidak bisa diupayakan. Adanya kalender Islam yang mapan merupakan tuntutan peradaban.

Kedua, golongan yang pesimis, mereka memandang hisab dan rukyah adalah dua entitas yang tidak dapat dipertemukan. Masing-masing memiliki epistimologi dan metodologi yang berbeda.

“Untuk menyatukan kalender Hijriah, itu dibutuhkan usaha yang sangat keras, karena sebenarnya banyak macam perbedaan metode yang digunakan oleh berbagai golongan atau organisasi kemasyarakatan.” Jelas Mawahib.

Menurut Syaiful Anam, penyatuan kalender Hijriah masih mungkin bisa terwujud meski bukan hal yang mudah. Anam mencontohkan; sebagaimana kota kecil Greenwich yang ada di Inggris bisa menjadi pusat  perhitungan waktu dunia atau yang lebih dikenal Greenwich Meridian Time.

“Itu bisa karena pada saat itu Inggris adalah negara kolonial super power, padahal dulunya banyak negara yang menentang”, ujar Dosen Falak itu.

Selain itu, untuk mewujudkan penyatuan kalender Hijriah, umat Islam harus memulai memosisikan kalender itu menjadi sebuah need atau kebutuhan mereka, bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan.

“Bahkan banyak yang tidak hafal, di antara kita banyak yang hanya paham kelender Matahari atau Masehi. Meski ini tidak berkaitan secara langsung dengan penyatuan kalender Islam, tapi harusnya diperhatikan umat Islam” jelasnya.

cartoon porn